Tuesday, March 13, 2012

janda gatel!!


JANDA GATEL 
PRESENTED BY:
XII IPA 5

1.    Dwi Rahayu sebagai Sutiyem (Janda Gatel).
2.    Sella Nurhayati sebagai Esperanza (Anak dari Sutiyem).
3.    I Gusti Ayu Btarie sebagai Cecilia (Janda Cantik, Majikan Sutiyem).
4.    Ria Rezki Oktavianti sebagai Paulina (Anak dari Cecilia).
5.    Dwi Ratnaningtyas sebagai Estefania (Anak dari Cecilia, Kembarannya Paulina).
6.    Luh Inten Prameswari sebagai Mariana (Anak RT).
7.    Rosalina Elvira sebagai Tiffany (Wali kelas dan Narator 1).
8.    Ayu Dwi Sri S sebagai Marimar (Dukun dan Narator 2).

Pada suatu pagi setelah libur panjang kenaikan kelas, siswa-siswi SMA Ambruk 01 Pagi sudah mulai terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Nampaklah dua orang saudara kembar perempuan yang sedang berjalan bersama, hendak mencari bangku untuk diduduki. Salah satu dari gadis yang berambut pendek agak kecokelatan mengibaskan rambutnya, sedangkan yang berambut pendek hitam sedang menatap dirinyadi cermin, apakah wajahnya sudah sempurna apa belum. Lalu ada seorang siswi yang sederhana menghampiri mereka.
*Di Taman Sekolah*
Esperanza : “Hai, boleh gw duduk disini?”
Estefania: “Oh, boleh aja kok, ayo sini duduk sebelah gw.”
Esperanza : “Makasih. Eh iya kalian anak kelas 11 IPA 5 ya?”
Paulina : “Iya nih, lo juga? Kenalan dong.”
Estefania : “Gue Estefania, dan dia kembaran gue, Paulina.”
Paulina : “Lo siapa?”
Esperanza  :  “Gue Esperanza, panggil aja Espe.”
Paulina : “Rumah lo dimana? Deket dari sini?”
Esperanza : “Rumah gue? Hmm…. Pokoknya jauh deh dari sini.”
Paulina : “Jauh? Terus naik apa kesini? Naik mobil dianter supir ya?”
Esperanza : “Nggak kok. Gue naik sepeda pagi-pagi sama emak gue.”
Estefania : “Naik sepeda? Hah? Yakin? Pantesan dari tadi ada bau ga enak gitu deh.” (dengan muka     sombong dan merendahkan orang lain sambil menutup hidung.)
Paulina lalu mencubit Estefania dengan keras, kesal karena kembarannya itu berkata sembarangan.
Estefania : “Aduh! Sakit kale!”
Esperanza : “Iya, gue orang susah, Paul.”
Estefania : “Orang susah sekolah disini? Please deh! Dapet duit darimana gitu nyokap lo?”
Esperanza : “Gue dapet beasiswa sekolah disini, Alhamdulillah yah sesuatu banget.”
Paulina : “Iya, alhamdulillah. Berarti lo pinter dong?”
Esperanza : “Alhamdulillah banget.”
Estefania : “Apaan sih Paul? Ngapain banget coba lo akrab sama orang miskin kayak gitu?”
Paulina : “Kita buktiin aja.”
Mereka pun memasuki kelas. Seorang guru yang berwajah kalem namun galak memasukikelas mereka.
Tiffany : “Selamat pagi anak-anak!”
Murid-murid : “Pagi buuuu.”
Tiffany : “Perkenalkan, nama saya adalah Tiffany. Kalian bisa panggil saya madam Tiffany. Saya mengajar mata pelajaran kimia.”
Murid-murid terlihat acuh tak acuh.
Tiffany : “Apakah ada yang tidak masuk hari ini?”
Esperanza : “Ada bu!”
Tiffany : “Siapa?”
Paulina : “Ujang, Tresno, Udin sama Mukti bu!”
Tiffany : “Oh, baiklah. Sekarang saya akan mulai mengajar kalian, buka bab 1.”
Madam Tiffany menjelaskan panjang lebar tentang materi itu. Anak-anak menyimak dengan teliti, kecuali Paulina dan Estefania. Paulina sibuk memainkan HPnya sedangkan Estefania mengantuk.
Tiffany : “Nah, anak-anak, buka halaman 1999. Lalu kerjakan 100 soal latihan yang diberikan.”
Murid-murid : “Iya madam.”
1 jam kemudian bel berbunyi.
Tiffany : “Apakah sudah selesai?”
Paulina: “Belom madam, yekali 100 soal dewa gini selesai Cuma satu jam.”
Tiffany : “Baiklah kalau belum selesai, besok akan saya koreksi. Harus sudah selesai ya. Saya akhiri pertemuan ini. Selamat siang!”
Murid-murid : “Siang madaaaaaam”
Esperanza : “Eh paul gw duluan ya.”
Paulina : “Iya hati-hati dijalan ya.” (Paulina tersenyum, sedangkan Estefania terlihat tidak suka dengan perlakuan Paulina kepada Esperanza)
Kedua anak kembar itu lalu keluar kelas dan berjalan kaki pulang kerumah mereka yang tidak terlalu jauh dari sekolah.
Di perjalanan
Estefania : “Eh, lo ngapain sih deket-deket sama dia? Ga level kali ul!”
Paulina : “Ya lo gausah sombong gitu kali sama dia, kita kan ga boleh milih-milih temen.”
Estefania : “Ah taulah. Terserah lo aje.”
Paulina dan Estefania terdiam setelah berdebat. Mereka berkelahi ketika hendak masuk ke dalam rumah.
Cecilia : “Aduh kalian berdua kenapa sih? Siang-siang kok udah berantem?” (sambil merangkul kedua anaknya.)
Estefania : “Itu ma, si Paul nyolot banget.”
Paulina : “Apaan sih lo? Lo duluan kali yang ngajak ribut!”
Cecilia : “Udah dong, kalian ini kembaran cuma berdua aja kok berantem terus. Ayo makan siang, mama udah nyuruh Iyem buat masak orek tempe sama pepes tahu kesukaan kalian.”
Estefania mendengus, Paulina mengangkat bahu lalu mereka bertiga menuju ruang makan untuk makan siang.
Paulina : “Udah selesai nih ma.”
Cecilia : “Sutiiiii, sini kamu!”
Estefania terlihat tak sabar lalu membentak Sutiyem.
Estefania : “Eh buruan sih! Lelet amat lo!!”
Sutiyem lalu menghampiri mereka.
Cecilia : “Nih kamu beresin meja ini ya sekalian cuci piringnya.”
Sutiyem : “Beres nyah!”
Cecilia : “Kalian punya PR?”
Paulina : “Ada mah PR kimia.”
Cecilia : “Yaudah sekarang kalian ke kamar ya ngerjain PR terus istirahat.”
Estefania : “Oke mah.”
Mereka berdua lalu naik keatas dan menuju kamar. Estefania membanting tasnya ke sembarang tempat dan mengeluarkan bukunya dengan kasar.
10 menit kemudian
Estefania : “Paul, lu bisa gak?”
Paulina : “Aduh gw juga ga ngerti nih te. Gue aja baru ngerjain 50 soal, kan tadi madam Tiffany ngejelasin gw kagak merhatiin, sibuk bbman sama gebetan baru gue.”
Estefania : “Gue juga baru ngerjain 20 soal. Gimana besok kita nyontek aja?”
Paulina : “Boleh juga tuh. Sepakaaaaaat!”
Mereka menghabiskan hari itu dengan bersantai dan tidak belajar sedikit pun. Akhirnya sudah pukul 23.00.
Estefania : “Eh ul, udah malem nih, tidur nyok.”
Paulina : “Ayo gw juga udah ngantuk.”
Mereka lalu tertidur dengan lelap. 6 jam kemudian alarm mereka berbunyi namun mereka mengacuhkannya.
Estefania terbangun lalu ia melihat handphonenya untuk melihat jam.
Estefania : “Anjrit udah jam setengah 7! Paul banguuuuuuun kita telaaaaaaat!!”
Paulina : “Mati gue!!” (melempar selimutnya asal lalu bergegas ke kamar mandi)
Akhirnya, Estefania dan Paulina sampai di sekolah. Terlambat 5 menit. Mereka pun bergegas turun dari motor dan cepat-cepat berjalan kekelas mereka untuk mengerjakan tugas. Karena mereka terlambat, mereka tidak bisa menyelesaikan tugas itu.
Tiffany : “Anak-anak, apakah kalian punya PR?”
Esperanza : “Ada bu, PR Kimia yang 100 soal,”
Tiffany :  “Apa sudah selesai semua? Kalau begitu kumpulkan PRnya sekarang!”
Paulina : “Wuanjer gimana nih te? PR kita belon selesai!”
Estefania : “Kagak tau ah ul, udah kita kumpulin aja.”
Mereka berdua lalu mengumpulkan PR mereka yang baru selesai setengah itu. Di tengah keasikan murid-murid sedang bercanda sambil menunggu buku mereka selesai diperiksa, tiba-tiba Estefania dan Paulina dipanggil oleh guru mereka.
Tiffany : “Yang bernama Paulina dan Estefania? Maju kedepan sekarang!”
Estefania dan Paulina menundukkan wajahnya, malu karena belum menyelesaikan PR tersebut.
Tiffany : “Kenapa kalian belum mengerjakan PR?”
Estefania : “Maaf madam, kami masih belum mengerti apa yang telah diajarkan madam kemarin.”
Tiffany : “Ya sudah, kalian kembali saja ke bangku kalian. Kalau hal ini terjadi lagi, kalian berdua harus keluar dari kelas!”
Estefania & Paulina : “Baik madam.”
Mereka kembali ke bangku mereka dengan sorakan teman-teman mereka. 6 jam kemudian bel pulang berbunyi. Estefania dan Paulina berencana melabrak Esperanza.
Estefania : “Eh, ul. Kita labrak aja yuk tuh si badak satu. Sok banget bertingkah kayak yang punya sekolah aje.”
Paulina : “Ayo aja deh. Gue jadi malu nih di depan anak-anak sekelas!”
Estefania : “Eh itu dia anaknya. Eh kebo!! Sini lu!!”
Esperanza : “Ada apa?”
Paulina  : “Lu tadi ngapain bilang ke madam kalo kita ada PR?”
Esperanza : “Ya emang kenapa? Salah gue bilang kayak gitu?”
Estefania : “Ya iyalah salah bloon. PR gue belom selesai kale!”
Paulina : “Iya, kita jadi diomelin deh gara-gara lo sok ngeingetin si madam!”
Esperanza : “Ya beranilah. Kan gue ga salah. Itu salah kalian kali, siapa suruh ga ngerjain PR?”
Estefania : “Nyolot amat sih lo curut!!”
Esperanza : “Yaudah apaan kali lo? Ayo sini klo mau ribut? Lu kata gua nggak bisa smek don kayak di tipi2? Gua kepret juga mental lu.” (menjetikkan jari.)
Estefania tidak terima lalu ia menjambak Esperanza. Setelah itu terjadilah adegan tonjok-tonjokan ala smack down di televisi. Lalu guru mereka datang melerai.
Tiffany : “Hei kalian!! Sudah berantemnya!! Sudah kelas 11 kok masih berantem kayak anak SD? Malu-maluin aja!!”
Esperanza : “Dia tuh bu, ngejambak saya duluan!! Kan sakit!!” (sambil menunjuk Estefania)
Estefania : “Eh apaan lo? Lo duluan yang nyolot!!”
Paulina yang tidak terima saudaranya dikatai langsung mendorong Esperanza. Esperanza tidak takut, ia balas mendorong Paulina hingga jatuh.
Paulina : “Aw sakit bego!! Miskin aje belagu lo!”
Esperanza : “Makanya jangan macem-macem sama jagoan kayak gue.”
Tiffany : “ Hei sudah sudah!! Kalian mau kupanggilkan kepala sekolah untuk menghukum kalian diarak keliling kampung hah?!  Esperanza, lebih baik kamu segera pulang!!” (membentak mereka)
Estefania : “Udah sono lo pergi! Eneg liat muka lo!”
Esperanza : “Yee emang gue mau pergi. Kasian deh yang tadi pagi disorakin di kelas.”
Estefania : “Awas lo ya, gw bakal bales nanti perkataan lo!!”
Tiffany : “Estefania! Sudah!”
Paulina : “Dia duluan bu. Dasar emang gorilla!!”
Tiffany : “Sudah lebih baik kalian pulang kerumah!! Besok saya tidak mau lihat ribut-ribut lagi seperti ini. Mengerti?”
Estefania&Paulina : “Iya madam…”
Mereka berduapun segera pergi dari sekolah.
*Di rumah*
Cecilia : “Eh suti!! Kamu tuh kalo kerja yang bener dong jangan sambil joget dangdut gitu!!”
Sutiyem tidak mendengar kalau majikannya sedang memarahinya, ia malah terus mencuci sambil menyanyi dan bergoyang.
Sutiyem : Para penonton bapak-bapak ibu-ibu semua yang ada disini… Ayo semua!! Babakan digoyaaaaang!! Serrrr….. serrr!!
Cecilia : “SUTIYEM!! DENGER DONG KALAU SAYA PANGGIL!!” (berteriak di dekat telinga pembantunya itu).
Sutiyem menengok ke belakang dan kaget mendapati majikannya tengah berdiri di belakangnya.
Sutiyem : “Eh, maaf nyah saya gak denger. Kirain saya si nyonya lagi talking talking gitu sama orang. “
Cecilia : “Jadi maksud kamu saya orang gila gitu?!”
Sutiyem : “Lho nyah bukan saya yang ngomong loh ya, nyonya sendiri loh yang ngomong gila.”
Cecilia : “SUTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!” (membentak pembantunya dengan sangat keras)
Sutiyem : “Aduh ampun nyah. Iya deh saya bakal kerja yang bener demi nyonya.” (mengedipkan mata ke majikannya)
Cecilia : “Apaan sih lo ngedip-ngedipin mata kayak gitu? Geli kali gue..
Sutiyem : “Iya nyah, yaudah kalo gitu saya permisi kerja dulu.” (meninggalkan Cecilia)
Tidak lama kemudian Esperanza tiba dirumah Cecilia. Lalu ia membantu emaknya yang sedang mengepel lantai. Tiba-tiba Estefania dan Paulina yang baru pulang mendapati Esperanza sedang mengepel lantai rumah mereka.
Estefania : “Espe ngapain lu disini?
Esperanza : Lho kalian anak rumah ini?
Estefania : “Yaiyalah. Berarti lu anaknya sutiyem ya?
Esperenza : Iya, gw anaknya Sutiyem yang tak lain dan tak bukan adalah nyokap gw, gw orang kampung, orang susah dan gw adalah anak pembantu kalian.
Paulina : Bagus deh kalo gitu. Rapiin kamar gw ampe bersih dan ga da debu.”
Esperanza : Iya, tapi abis gua ngepel lantai ya!
Estefania : “Mulai sekarang, panggil gw nona, disekolahpun harus lu panggil nona. Gue majikan lo!”
Keesokan harinya disekolah
Estefania : Anak babuuuuu sini lu cepet bawain tas gw sama adik gw!
     Esperanza : “Kalian ini masih punya tangan,kaki juga bukanya dipake.
     Paulina : “Ah udah lu gausah banyak bacot!! Mau gw permaluin di anak-anak sekolah? Anak babu sih banyak gaya.”
Estefania : “Buruan lu bawain tas gw!! 1....2.....tiiiiiiii
Esperanza : “Iya iya iya, sini gue bawain, tapi inget jangan permaluin nyokap gw sama gw. Dasar orang kaya.
Paulina : “Nah gitu dong dari tadi.
*Di rumah*
Sutiyem : (dangdutan) “Kemana… kemana kemanaaa…. Ku harus mencari kemanaaaaaa~ Kesana kemari membawa alamat jeng jet jeng jet!! Namun tak ku te...
Cecilia : “Eh gembel!! Dangdutan aja lo!! Mending tuh badan sexy, udah kayak gentong gelinding aja sok sexy lo. Sexyan gw ka....
Tidak sengaja tangan Cecilia mendorong badan Sutiyem. Lalu Sutiyem tercebur ke septic tank bekas penampungan kotoran selama 15 tahun.
Sutiyem : (slow motion)”Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”
Cecilia : Sutiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Tapi terlambat. Sutiyem sudah tergeletak tak berdaya bagaikan pesut yang terdampar di kali ciliwung. Esperanza menuju ke ruang cuci tempat dimana ibunya berada. Ia kaget melihat ibunya tergeletak dengan mata melotot dan mulut menganga.
Esperanza : “Emaaaaaaaaaaaaaaaak!!” (menangis sambil menggebuk badan ibunya.)
Esperanza : “Eh nyah!! Lu apain emak gue? Liat tuh emak gue kayak pesut kedampar gitu!! Lo apain nyah?!
Ceciia : “Espe......” (speechless)
Esperanza : “Pokoknya nyonya harus tanggung jawab!! Saya ga mau tau!
Paulina dan Estefania yang baru pulang tidak sengaja mendengar suara ribut-ribut itu, lalu mereka berjalan ke ruang cuci.
Estefania : “Kenapa nih? Ada apa ma?”
Esperanza : “Nyokap lo udah bunuh emak gue!!”
Cecilia : “Saya tidak sengaja, percaya dong sama saya espe.”
Estefania : “Tau lo! Enak aja lo nyalahin nyokap gw sembarangan!”
Paulina : “Este!! Ga boleh gitu, dia kan lagi berduka. Kalo mau nyolot jangan sekarang!!”
Estefania : “Apaan sih lo? Bodo amat mau emaknya mati kek kagak kek! Udah lu sana pergi aja dari rumah ini kalo lo ga percaya sama nyokap gue!!”
Esperanza : “Kalian akan menerima balasan dari saya. Inget itu ya!!
Esperanza pergi dari rumah itu sambil menyeret jasad ibunya. Ia tidak mampu mendirikan jasad ibunya apalagi menggendongnya, daripada ia harus menggelindingkan jasad ibunya, lebih baik ia menyeret saja. Lalu ia bertemu dengan anak Pak RT desa babakan, Mariana.
Esperanza : “Mak kenapa nasib lo begini banget sih mak....”
Mariana : “Eh Espe. Kok nangis? Kenapa tuh nyokap lo diseret2 gitu? Kejam amat lo, kayak lagi nyeret gentong aje.”
Esperanza : “Emak gue meninggal na, kejebur di sepiteng. (sambil menangis)
Mariana : “Aduh kasian amat, sini gue bantu telepon ambulans, suruh bawa jasadnya emak lo. Sok atuh pe ikut gue ke dalem rumah”
Esperanza mengikuti Mariana ke dalam rumah. 2 jam kemudian jenazah ibunya di otopsi dan dikuburkan.
Mariana :Udah pe, lo tinggal di rumah abdi aja dolo. Kebetulan disini ada satu kamar kosong, lo boleh tinggal disini kok untuk sementara. Sok atuh.”
Esperanza : “Haturnuhun ma, udah mau nampung saya dan ngebantu saya disini.”
Mariana : “Selow aje pe, kite kan temen. Eh udah dulu ye, abdi mau maen layangan di kampung bobrok sebelah.
Esperanza : “Wokeh.”
Selama Mariana pergi, Esperanza merasa kesal dan berniat untuk membalas dendam  kepada ketiga orang kayak gitu.
Esperanza : “Gue harus ke dukum sebelah nih, katanya dia terkenal dengan rambut gelombangnya. Oh iya kalo ga salah namanya Marimar. Besok gua harus kesana!!”
Esperanza pun tidur di kamar yang telah disediakan Mariana. Keesokan harinya ia pergi menemui Marimar di kampung bobrok.
Esperanza : “Punten pak, bu... ah si marimar ini cewek apa cowok ya? Udah ah gw ga peduli.”
Esperanza pun mengetuk pintu gubuk Marimar. Tidak lama kemudian, seorang dukun ber-ikat kepala muncul.
Marimar : “Iyaaaa. Saya orangnya. Ada apa gerangan loe kemari?”
Esperanza : “Begini mbah, saya bisa ngga minta mbah bangkitin arwah yang udah meninggal, saya mau dia ketakutan setengah idup gara2 dia bunuh emak saya.”
Marimar: Hmmm, itu gampang, tapi ada fulus ga?”
Esperanza  :”Hare gene gapunya duit, ga mungkin kaleee.. Berapa sih tarif si mbah? Saya bayar deh“
Marimar : Widih, songong bet lu masi bocah aje.. woke deh gua bantuin, skrg lo cabut dlu sono, selebihnya serahin sama gue. Eh btw, sini lu gua sembur dulu muke lu biar arwahnya mau datang.”
Esperanza : “Hah pake disembur segala mbah?”
Marimar : “Yeiyelaaah… mau bales dendam kagak lu?”
Esperanza : “Ye mau lah mbah, saya dah bayar.”
Marimar : Oke siniin muke lu.”
Esperanza mendekatkan wajahnya ke Marimar. Lalu dukun membaca mantra.
Marimar : Dul gondal gandul gondal gandul cekipriw.. brrr (sembur)
Akhirnya arwah Sutiyem bangkit untuk segera balas dendam kepada orang yang telah membunuhnya.
Sutiyem : Ade apa manggil gw kemari ?” (sambil menggaruk lengannya)
Marimar : “ya sebenernya sih nggak ade ape-ape, cuma gw ditugasin aja ama orang buat bangkitin lo, die nyuruh lo gentayangin eni orang sampe dia sadar dan mau nyerahin dirinya ke polisi.” (menunjukkan foto Cecilia bersama ketiga anaknya).
Sutiyem : “Hah? Ini kan mantan majikan aye. Oh yaudah deh, gue kan sekarang cuma seorang roh gatel, jadi apa yang lu perintah gw ngikut aje daaah.” (menggaruk lengannya lalu pergi kerumah Cecilia.)
Arwah Sutiyem pun pergi meninggalkan rumah Marimar menuju rumah Cecilia.
Paulina dan Estefania yang sedang bercengkrama di ruang tengah tiba-tiba merasa merinding.
Paulina :”Eh te, kok gw merinding ya?”
Estefania : “Ngape lu? Jangan bikin gue parno ah!”
Paulina: “Lu denger kagak kayak ada orang dangdutan di ruang cuci?”
Estefania mengecilkan volume TV, lalu ia mendelik kearah kembarannya itu.
Estefania : “Kagak ada suara apa-apa ah! Lunya aja yang parno keingetan si suti mulu. Udah ah gw capek mau tidur dulu.”
Setelah mereka terlelap, barulah gangguan sesungguhnya datang. Sutiyem mulai mengganggu Cecilia yang sedang tidur.
Sutiyem : (menggaruk lengan sambil dangdutan) Para penonton….bapak bapak ibu ibu semua yang ada disini…. Ada yang bilang dangdut tanpa goyang bagai sayur tanpa garam, maka dari itulah saya sutiyem disini untuk menghibur anda sekalian…..
Cecilia : (antara sadar dan tidak sadar) duh Suti….. lu berisik aje dah tengah malem begini ngapain sih lo dangdutan di kamar gue? Udah sana lu tidur,udah gw bilang badan lo tuh kayak gentong aer…. Eh? Kyaaaaaaaaaaaaaaa!!
Cecilia kaget dan terpana melihat arwah Sutiyem sedang berjoget dangdut di samping ranjangnya.
Sutiyem : “Nyonya harus tanggung jawab atas kematian saya….. oh iya gara2 kejebur di sepiteng badan saya jadi gatel2 deh….”
Cecilia kemudian berlari ke kamar anak-anaknya. Setelah kejadian itu mereka selalu tidur bersama, namun dalam 5 hari berturut-turut mereka selalu di hantui arwah Sutiyem. Akhirnya karena mereka tidak tahan lagi mereka berniat mencari Esperanza dan meminta bantuannya.
Paulina : “Ma, paul udah ga tahan lagi dah ma, mendingan kita nyari si Espe sungkeman sama dia deh, masa iya sih selamanya kita digentayangin terus sama suti?”
Estefania : “Sebenernya sih gue ogah ul, tapi demi kelangsungan hidup gue, yaudah deh gue turutin lo. Menurut mama gimana nih?”
Cecilia : “Yaudah terserah kalian aja, mama juga ga tahan dihantuin sama dia terus, udah badannya makin gede, sok sexy, terus gatel-gatel lagi. Heran makin jelek aja die, padahal udah jadi setan.”
Mereka pun terus mencari info dimana Esperanza berada. Ternyata mereka menemukan Esperanza dirumah anak RT, Mariana.
Cecilia : “Neng, bener ga Esperanza tinggal disini?”
Mariana : “Iya bu Cecil, dia tinggal disini. Kenapa nyariin atuh da?”
Cecilia : “Saya mau ketemu sama dia neng.”
Mariana : “Espeeee…sini lu. Ada yang mau ketemu sama lu!!”
Esperanza : “Siapa na?”
Mariana : “Itu pe, janda paling cantik di Babakan, Ibu Cecilia.”
Esperanza kaget mendengar nama itu, lalu ia menghampiri Cecilia dan kedua anaknya.
Esperanza : “Nyonya mau ngapain lagi nyariin aye? Aye udah ogah ketemu nyonya!! Eneg liat muka nyonya, bawaannya pengen lemparin nyonya ke kali ciliwung!!”
Cecilia : “Espe dengerin saya dulu, saya kesini untuk minta maaf, dan kematian suti juga nggak disengaja kok. Jadi tolong bantu saya, suti sering gentayangin saya dan anak saya tiap malem, gimana dong?”
Esperanza : “Aye emang sengaja nyuruh Marimar dukun kampung sebelah buat bangkitin arwah emak, kalo nyonya mau emak saya nggak gentayangin nyonya lagi, nyonya dan anak-anak nyonya harus mau sujud dan meluk kaki aye!!
Estefania : ”Apa?! Lo gila apa ga waras? Ogah banget cewek high class kayak gw sujud ke anak pembantu kayak lo!! Lagian salah nyokap lo juga kali, kerja kok sambil goyang, dikira rumah gw panggung saweran?”
Paulina : “Udah deh te, kita emang harus minta maaf ampe sujud-sujud, udah ga sengaja ngebunuh orang, ga tanggung jawab, masih nyolotin anaknya lagi lo.”
Akhirnya Cecilia dan kedua anaknya bersama Esperanza bersujud dihadapan Esperanza.
Tengah malam, ternyata dendam yang ada dalam diri Sutiyem masihlah membara. Sutiyem masih menggentayangi mereka sampai mereka meringkuk ketakutan.
Sutiyem : “Kesana….kemari…..membawa alamat jeng jet jeng jet
Cecilia, Estefania, Paulina : “Kyaaaaaaaaaaaaaaaa” (menjauhi tempat tidur dan meringkuk bersama di pojokkan)
Sutiyem :”Nyah….. badan saya gatel-gatel nih, punya daktarin gak?”
Mereka bertiga pun pingsan setelah melihat wajah pucat Sutiyem dan bintik-bintik merah di kulit lengan Sutiyem.
TAMAT

Behind the Scene (halah)


 hahahahaha fotonya cuma ini doang =_____= yang tengah cantik banget yaaah (primadonna sekolah sih)
kiri - kanan : teteh, macan, gw!!

No comments:

Post a Comment