JANDA GATEL
PRESENTED
BY:
XII IPA 5
1. Dwi Rahayu sebagai Sutiyem (Janda
Gatel).
2. Sella Nurhayati sebagai Esperanza (Anak dari
Sutiyem).
3. I Gusti Ayu Btarie sebagai Cecilia (Janda
Cantik, Majikan Sutiyem).
4. Ria Rezki Oktavianti sebagai Paulina (Anak
dari Cecilia).
5. Dwi Ratnaningtyas sebagai Estefania (Anak dari
Cecilia, Kembarannya Paulina).
6. Luh Inten Prameswari sebagai Mariana (Anak RT).
7. Rosalina Elvira sebagai Tiffany (Wali kelas
dan Narator 1).
8. Ayu Dwi Sri S sebagai Marimar (Dukun dan
Narator 2).
Pada
suatu pagi setelah libur panjang kenaikan kelas, siswa-siswi SMA Ambruk 01 Pagi
sudah mulai terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Nampaklah dua
orang saudara kembar perempuan yang sedang berjalan bersama, hendak mencari
bangku untuk diduduki. Salah satu dari gadis yang berambut pendek agak
kecokelatan mengibaskan rambutnya, sedangkan yang berambut pendek hitam sedang
menatap dirinyadi cermin, apakah wajahnya sudah sempurna apa belum. Lalu ada
seorang siswi yang sederhana menghampiri mereka.
*Di Taman Sekolah*
Esperanza : “Hai, boleh gw duduk
disini?”
Estefania: “Oh, boleh aja kok,
ayo sini duduk sebelah gw.”
Esperanza : “Makasih. Eh iya
kalian anak kelas 11 IPA 5 ya?”
Paulina : “Iya nih, lo juga? Kenalan
dong.”
Estefania : “Gue Estefania, dan
dia kembaran gue, Paulina.”
Paulina : “Lo siapa?”
Esperanza : “Gue
Esperanza, panggil aja Espe.”
Paulina : “Rumah lo dimana? Deket
dari sini?”
Esperanza : “Rumah gue? Hmm….
Pokoknya jauh deh dari sini.”
Paulina : “Jauh? Terus naik apa
kesini? Naik mobil dianter supir ya?”
Esperanza : “Nggak kok. Gue naik
sepeda pagi-pagi sama emak gue.”
Estefania : “Naik sepeda? Hah?
Yakin? Pantesan dari tadi ada bau ga enak gitu deh.” (dengan muka sombong dan merendahkan orang lain sambil
menutup hidung.)
Paulina lalu mencubit Estefania
dengan keras, kesal karena kembarannya itu berkata sembarangan.
Estefania : “Aduh! Sakit kale!”
Esperanza : “Iya, gue orang
susah, Paul.”
Estefania : “Orang susah sekolah
disini? Please deh! Dapet duit darimana gitu nyokap lo?”
Esperanza : “Gue dapet beasiswa
sekolah disini, Alhamdulillah yah sesuatu banget.”
Paulina : “Iya, alhamdulillah.
Berarti lo pinter dong?”
Esperanza : “Alhamdulillah
banget.”
Estefania : “Apaan sih Paul?
Ngapain banget coba lo akrab sama orang miskin kayak gitu?”
Paulina : “Kita buktiin aja.”
Mereka pun memasuki kelas.
Seorang guru yang berwajah kalem namun galak memasukikelas mereka.
Tiffany : “Selamat pagi
anak-anak!”
Murid-murid : “Pagi buuuu.”
Tiffany : “Perkenalkan, nama saya
adalah Tiffany. Kalian bisa panggil saya madam Tiffany. Saya mengajar mata
pelajaran kimia.”
Murid-murid terlihat acuh tak
acuh.
Tiffany : “Apakah ada yang tidak
masuk hari ini?”
Esperanza : “Ada bu!”
Tiffany : “Siapa?”
Paulina : “Ujang, Tresno, Udin
sama Mukti bu!”
Tiffany : “Oh, baiklah. Sekarang
saya akan mulai mengajar kalian, buka bab 1.”
Madam Tiffany menjelaskan panjang
lebar tentang materi itu. Anak-anak menyimak dengan teliti, kecuali Paulina dan
Estefania. Paulina sibuk memainkan HPnya sedangkan Estefania mengantuk.
Tiffany : “Nah, anak-anak, buka
halaman 1999. Lalu kerjakan 100 soal latihan yang diberikan.”
Murid-murid : “Iya madam.”
1 jam kemudian bel berbunyi.
Tiffany : “Apakah sudah selesai?”
Paulina: “Belom madam, yekali 100
soal dewa gini selesai Cuma satu jam.”
Tiffany : “Baiklah kalau belum
selesai, besok akan saya koreksi. Harus sudah selesai ya. Saya akhiri pertemuan
ini. Selamat siang!”
Murid-murid : “Siang madaaaaaam”
Esperanza : “Eh paul gw duluan
ya.”
Paulina : “Iya hati-hati dijalan
ya.” (Paulina tersenyum, sedangkan Estefania terlihat tidak suka dengan
perlakuan Paulina kepada Esperanza)
Kedua anak kembar itu lalu keluar
kelas dan berjalan kaki pulang kerumah mereka yang tidak terlalu jauh dari
sekolah.
Di perjalanan
Estefania : “Eh, lo ngapain sih
deket-deket sama dia? Ga level kali ul!”
Paulina : “Ya lo gausah sombong
gitu kali sama dia, kita kan ga boleh milih-milih temen.”
Estefania : “Ah taulah. Terserah
lo aje.”
Paulina dan Estefania terdiam
setelah berdebat. Mereka berkelahi ketika hendak masuk ke dalam rumah.
Cecilia : “Aduh kalian berdua
kenapa sih? Siang-siang kok udah berantem?” (sambil merangkul kedua anaknya.)
Estefania : “Itu ma, si Paul
nyolot banget.”
Paulina : “Apaan sih lo? Lo
duluan kali yang ngajak ribut!”
Cecilia : “Udah dong, kalian ini
kembaran cuma berdua aja kok berantem terus. Ayo makan siang, mama udah nyuruh
Iyem buat masak orek tempe sama pepes tahu kesukaan kalian.”
Estefania mendengus, Paulina
mengangkat bahu lalu mereka bertiga menuju ruang makan untuk makan siang.
Paulina : “Udah selesai nih ma.”
Cecilia : “Sutiiiii, sini kamu!”
Estefania terlihat tak sabar lalu
membentak Sutiyem.
Estefania : “Eh buruan sih! Lelet
amat lo!!”
Sutiyem lalu menghampiri mereka.
Cecilia : “Nih kamu beresin meja
ini ya sekalian cuci piringnya.”
Sutiyem : “Beres nyah!”
Cecilia : “Kalian punya PR?”
Paulina : “Ada mah PR kimia.”
Cecilia : “Yaudah sekarang kalian
ke kamar ya ngerjain PR terus istirahat.”
Estefania : “Oke mah.”
Mereka berdua lalu naik keatas
dan menuju kamar. Estefania membanting tasnya ke sembarang tempat dan
mengeluarkan bukunya dengan kasar.
10 menit kemudian
Estefania : “Paul, lu bisa gak?”
Paulina : “Aduh gw juga ga ngerti
nih te. Gue aja baru ngerjain 50 soal, kan tadi madam Tiffany ngejelasin gw
kagak merhatiin, sibuk bbman sama gebetan baru gue.”
Estefania : “Gue juga baru
ngerjain 20 soal. Gimana besok kita nyontek aja?”
Paulina : “Boleh juga tuh.
Sepakaaaaaat!”
Mereka menghabiskan hari itu
dengan bersantai dan tidak belajar sedikit pun. Akhirnya sudah pukul 23.00.
Estefania : “Eh ul, udah malem
nih, tidur nyok.”
Paulina : “Ayo gw juga udah
ngantuk.”
Mereka lalu tertidur dengan
lelap. 6 jam kemudian alarm mereka berbunyi namun mereka mengacuhkannya.
Estefania terbangun lalu ia
melihat handphonenya untuk melihat jam.
Estefania : “Anjrit udah jam setengah
7! Paul banguuuuuuun kita telaaaaaaat!!”
Paulina : “Mati gue!!” (melempar
selimutnya asal lalu bergegas ke kamar mandi)
Akhirnya, Estefania dan Paulina
sampai di sekolah. Terlambat 5 menit. Mereka pun bergegas turun dari motor dan
cepat-cepat berjalan kekelas mereka untuk mengerjakan tugas. Karena mereka
terlambat, mereka tidak bisa menyelesaikan tugas itu.
Tiffany : “Anak-anak, apakah
kalian punya PR?”
Esperanza : “Ada bu, PR Kimia
yang 100 soal,”
Tiffany : “Apa sudah selesai semua? Kalau begitu
kumpulkan PRnya sekarang!”
Paulina : “Wuanjer gimana nih te?
PR kita belon selesai!”
Estefania : “Kagak tau ah ul,
udah kita kumpulin aja.”
Mereka berdua lalu mengumpulkan
PR mereka yang baru selesai setengah itu. Di tengah keasikan murid-murid sedang
bercanda sambil menunggu buku mereka selesai diperiksa, tiba-tiba Estefania dan
Paulina dipanggil oleh guru mereka.
Tiffany : “Yang bernama Paulina
dan Estefania? Maju kedepan sekarang!”
Estefania dan Paulina menundukkan
wajahnya, malu karena belum menyelesaikan PR tersebut.
Tiffany : “Kenapa kalian belum
mengerjakan PR?”
Estefania : “Maaf madam, kami
masih belum mengerti apa yang telah diajarkan madam kemarin.”
Tiffany : “Ya sudah, kalian
kembali saja ke bangku kalian. Kalau hal ini terjadi lagi, kalian berdua harus
keluar dari kelas!”
Estefania & Paulina : “Baik
madam.”
Mereka kembali ke bangku mereka
dengan sorakan teman-teman mereka. 6 jam kemudian bel pulang berbunyi.
Estefania dan Paulina berencana melabrak Esperanza.
Estefania : “Eh, ul. Kita labrak
aja yuk tuh si badak satu. Sok banget bertingkah kayak yang punya sekolah aje.”
Paulina : “Ayo aja deh. Gue jadi
malu nih di depan anak-anak sekelas!”
Estefania : “Eh itu dia anaknya.
Eh kebo!! Sini lu!!”
Esperanza : “Ada apa?”
Paulina : “Lu tadi ngapain bilang ke madam kalo kita
ada PR?”
Esperanza : “Ya emang kenapa?
Salah gue bilang kayak gitu?”
Estefania : “Ya iyalah salah
bloon. PR gue belom selesai kale!”
Paulina : “Iya, kita jadi diomelin
deh gara-gara lo sok ngeingetin si madam!”
Esperanza : “Ya beranilah. Kan gue
ga salah. Itu salah kalian kali, siapa suruh ga ngerjain PR?”
Estefania : “Nyolot amat sih lo
curut!!”
Esperanza : “Yaudah apaan kali
lo? Ayo sini klo mau ribut? Lu kata gua nggak bisa smek don kayak di tipi2? Gua
kepret juga mental lu.” (menjetikkan jari.)
Estefania tidak terima lalu ia
menjambak Esperanza. Setelah itu terjadilah adegan tonjok-tonjokan ala smack
down di televisi. Lalu guru mereka datang melerai.
Tiffany : “Hei kalian!! Sudah
berantemnya!! Sudah kelas 11 kok masih berantem kayak anak SD? Malu-maluin
aja!!”
Esperanza : “Dia tuh bu,
ngejambak saya duluan!! Kan sakit!!” (sambil menunjuk Estefania)
Estefania : “Eh apaan lo? Lo
duluan yang nyolot!!”
Paulina yang tidak terima
saudaranya dikatai langsung mendorong Esperanza. Esperanza tidak takut, ia
balas mendorong Paulina hingga jatuh.
Paulina : “Aw sakit bego!! Miskin
aje belagu lo!”
Esperanza : “Makanya jangan
macem-macem sama jagoan kayak gue.”
Tiffany : “ Hei sudah sudah!!
Kalian mau kupanggilkan kepala sekolah untuk menghukum kalian diarak keliling
kampung hah?! Esperanza, lebih baik kamu
segera pulang!!” (membentak mereka)
Estefania : “Udah sono lo pergi!
Eneg liat muka lo!”
Esperanza : “Yee emang gue mau pergi.
Kasian deh yang tadi pagi disorakin di kelas.”
Estefania : “Awas lo ya, gw bakal
bales nanti perkataan lo!!”
Tiffany : “Estefania! Sudah!”
Paulina : “Dia duluan bu. Dasar
emang gorilla!!”
Tiffany : “Sudah lebih baik
kalian pulang kerumah!! Besok saya tidak mau lihat ribut-ribut lagi seperti
ini. Mengerti?”
Estefania&Paulina : “Iya
madam…”
Mereka berduapun segera pergi
dari sekolah.
*Di rumah*
Cecilia : “Eh suti!! Kamu tuh
kalo kerja yang bener dong jangan sambil joget dangdut gitu!!”
Sutiyem tidak mendengar kalau
majikannya sedang memarahinya, ia malah terus mencuci sambil menyanyi dan
bergoyang.
Sutiyem : Para penonton
bapak-bapak ibu-ibu semua yang ada disini… Ayo semua!! Babakan digoyaaaaang!!
Serrrr….. serrr!!
Cecilia : “SUTIYEM!! DENGER DONG
KALAU SAYA PANGGIL!!” (berteriak di dekat telinga pembantunya itu).
Sutiyem menengok ke belakang dan
kaget mendapati majikannya tengah berdiri di belakangnya.
Sutiyem : “Eh, maaf nyah saya gak
denger. Kirain saya si nyonya lagi talking talking gitu sama orang. “
Cecilia : “Jadi maksud kamu saya
orang gila gitu?!”
Sutiyem : “Lho nyah bukan saya
yang ngomong loh ya, nyonya sendiri loh yang ngomong gila.”
Cecilia :
“SUTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!” (membentak pembantunya dengan sangat
keras)
Sutiyem : “Aduh ampun nyah. Iya
deh saya bakal kerja yang bener demi nyonya.” (mengedipkan mata ke majikannya)
Cecilia
: “Apaan sih lo ngedip-ngedipin mata kayak gitu? Geli kali gue..”
Sutiyem
: “Iya
nyah, yaudah kalo gitu saya permisi kerja dulu.” (meninggalkan Cecilia)
Tidak
lama kemudian Esperanza tiba
dirumah Cecilia. Lalu ia membantu emaknya
yang sedang mengepel lantai. Tiba-tiba Estefania dan Paulina yang baru pulang mendapati Esperanza sedang mengepel lantai rumah mereka.
Estefania
: “Espe ngapain lu disini?”
Esperanza
: “Lho kalian anak rumah ini?”
Estefania
: “Yaiyalah. Berarti lu
anaknya sutiyem ya?”
Esperenza
: “Iya, gw anaknya Sutiyem yang tak lain dan tak bukan adalah nyokap gw, gw orang
kampung, orang susah dan gw adalah anak pembantu kalian.”
Paulina
: “Bagus deh kalo gitu. Rapiin kamar gw ampe bersih dan ga da debu.”
Esperanza
: “Iya, tapi abis gua ngepel lantai ya!”
Estefania
: “Mulai sekarang, panggil gw nona, disekolahpun harus lu panggil nona. Gue majikan lo!”
Keesokan
harinya disekolah
Estefania
:” Anak babuuuuu
sini lu cepet bawain tas gw sama adik gw!”
Esperanza : “Kalian ini masih punya tangan,kaki juga bukanya dipake.”
Paulina : “Ah udah lu gausah banyak bacot!! Mau gw permaluin di
anak-anak sekolah? Anak babu sih banyak gaya.”
Estefania : “Buruan lu bawain tas gw!! 1....2.....tiiiiiiii”
Esperanza : “Iya iya iya, sini gue bawain, tapi inget jangan permaluin
nyokap gw sama gw. Dasar orang kaya.”
Paulina : “Nah gitu dong dari tadi.”
*Di rumah*
Sutiyem : (dangdutan) “Kemana… kemana
kemanaaa…. Ku harus mencari kemanaaaaaa~ Kesana kemari membawa alamat jeng jet jeng jet!! Namun tak
ku te...”
Cecilia : “Eh gembel!! Dangdutan aja lo!! Mending tuh badan sexy,
udah kayak gentong gelinding aja sok sexy lo. Sexyan gw ka....”
Tidak sengaja tangan Cecilia
mendorong badan Sutiyem. Lalu Sutiyem tercebur ke septic tank bekas penampungan
kotoran selama 15 tahun.
Sutiyem : (slow motion)”Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”
Cecilia :” Sutiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii”
Tapi terlambat. Sutiyem sudah
tergeletak tak berdaya bagaikan pesut yang terdampar di kali ciliwung.
Esperanza menuju ke ruang cuci tempat dimana ibunya berada. Ia kaget melihat
ibunya tergeletak dengan mata melotot dan mulut menganga.
Esperanza : “Emaaaaaaaaaaaaaaaak!!” (menangis sambil menggebuk badan ibunya.)
Esperanza : “Eh nyah!! Lu apain emak gue? Liat tuh emak gue kayak pesut
kedampar gitu!! Lo apain nyah?!”
Ceciia : “Espe......” (speechless)
Esperanza : “Pokoknya nyonya harus tanggung jawab!! Saya ga mau tau!”
Paulina dan Estefania yang
baru pulang tidak sengaja mendengar suara ribut-ribut itu, lalu mereka berjalan ke ruang cuci.
Estefania : “Kenapa nih? Ada apa ma?”
Esperanza : “Nyokap lo udah bunuh emak gue!!”
Cecilia : “Saya tidak sengaja, percaya dong sama saya espe.”
Estefania : “Tau lo! Enak aja lo nyalahin nyokap gw sembarangan!”
Paulina : “Este!! Ga boleh gitu, dia kan lagi berduka. Kalo mau nyolot jangan sekarang!!”
Estefania : “Apaan sih lo? Bodo amat mau emaknya mati kek kagak kek!
Udah lu sana pergi aja dari rumah ini kalo lo ga percaya sama nyokap gue!!”
Esperanza : “Kalian akan menerima balasan dari saya. Inget
itu ya!!”
Esperanza pergi dari rumah
itu sambil menyeret jasad ibunya. Ia tidak mampu mendirikan jasad ibunya
apalagi menggendongnya, daripada ia harus menggelindingkan jasad ibunya, lebih
baik ia menyeret saja. Lalu ia bertemu dengan anak Pak RT desa babakan, Mariana.
Esperanza : “Mak kenapa nasib lo begini banget sih mak....”
Mariana : “Eh Espe. Kok nangis? Kenapa tuh nyokap lo diseret2
gitu? Kejam amat lo, kayak lagi nyeret gentong aje.”
Esperanza : “Emak gue
meninggal na, kejebur di sepiteng.
(sambil menangis)
Mariana : “Aduh kasian amat, sini gue bantu telepon ambulans, suruh bawa jasadnya emak lo. Sok atuh pe ikut gue ke
dalem rumah”
Esperanza mengikuti Mariana ke dalam
rumah. 2 jam kemudian jenazah ibunya di otopsi dan dikuburkan.
Mariana : “Udah pe, lo tinggal di rumah abdi aja dolo. Kebetulan disini ada satu kamar kosong, lo boleh tinggal disini kok untuk sementara. Sok atuh.”
Esperanza : “Haturnuhun ma, udah mau nampung saya dan ngebantu saya disini.”
Mariana : “Selow aje
pe, kite kan temen. Eh udah dulu ye, abdi mau maen layangan di kampung bobrok sebelah.”
Esperanza : “Wokeh.”
Selama Mariana pergi, Esperanza merasa kesal dan berniat untuk membalas
dendam kepada ketiga orang kayak gitu.
Esperanza : “Gue harus ke dukum sebelah nih, katanya dia terkenal dengan rambut
gelombangnya. Oh iya kalo ga salah namanya Marimar. Besok gua harus kesana!!”
Esperanza pun tidur di kamar
yang telah disediakan Mariana.
Keesokan harinya ia pergi menemui Marimar di kampung bobrok.
Esperanza : “Punten pak, bu... ah si marimar ini cewek apa cowok ya?
Udah ah gw ga peduli.”
Esperanza pun mengetuk pintu
gubuk Marimar. Tidak lama kemudian, seorang dukun ber-ikat kepala muncul.
Marimar : “Iyaaaa. Saya orangnya. Ada apa gerangan loe kemari?”
Esperanza : “Begini mbah, saya bisa ngga minta mbah bangkitin arwah yang udah
meninggal, saya mau dia
ketakutan
setengah idup gara2 dia bunuh emak saya.”
Marimar: ”Hmmm, itu gampang, tapi ada fulus ga?”
Esperanza
:”Hare gene gapunya duit, ga mungkin kaleee.. Berapa sih
tarif si mbah? Saya bayar deh“
Marimar
: ”Widih, songong bet lu masi bocah aje.. woke deh gua bantuin, skrg lo cabut dlu sono, selebihnya serahin sama
gue. Eh btw, sini lu gua sembur dulu muke lu biar arwahnya mau datang.”
Esperanza : “Hah pake disembur
segala mbah?”
Marimar : “Yeiyelaaah… mau bales
dendam kagak lu?”
Esperanza : “Ye mau lah mbah,
saya dah bayar.”
Marimar : Oke siniin muke lu.”
Esperanza mendekatkan wajahnya ke
Marimar. Lalu dukun membaca mantra.
Marimar
: ”Dul gondal gandul gondal gandul cekipriw.. brrr (sembur)
Akhirnya
arwah Sutiyem bangkit untuk segera balas dendam kepada orang
yang telah membunuhnya.
Sutiyem
: ”Ade apa manggil gw kemari ?” (sambil menggaruk
lengannya)
Marimar : “ya sebenernya sih
nggak ade ape-ape, cuma gw ditugasin aja ama orang buat bangkitin lo, die
nyuruh lo gentayangin eni orang sampe dia sadar dan mau nyerahin dirinya ke
polisi.” (menunjukkan foto Cecilia bersama ketiga anaknya).
Sutiyem : “Hah? Ini kan mantan
majikan aye. Oh yaudah deh, gue kan sekarang cuma seorang roh gatel, jadi apa
yang lu perintah gw ngikut aje daaah.” (menggaruk lengannya lalu pergi kerumah
Cecilia.)
Arwah Sutiyem pun pergi
meninggalkan rumah Marimar menuju rumah Cecilia.
Paulina dan Estefania yang sedang
bercengkrama di ruang tengah tiba-tiba merasa merinding.
Paulina :”Eh te, kok gw merinding
ya?”
Estefania : “Ngape lu? Jangan
bikin gue parno ah!”
Paulina: “Lu denger kagak kayak
ada orang dangdutan di ruang cuci?”
Estefania mengecilkan volume TV,
lalu ia mendelik kearah kembarannya itu.
Estefania : “Kagak ada suara
apa-apa ah! Lunya aja yang parno keingetan si suti mulu. Udah ah gw capek mau
tidur dulu.”
Setelah mereka terlelap, barulah
gangguan sesungguhnya datang. Sutiyem mulai mengganggu Cecilia yang sedang
tidur.
Sutiyem : (menggaruk lengan
sambil dangdutan) Para penonton….bapak bapak ibu ibu semua yang ada disini….
Ada yang bilang dangdut tanpa goyang bagai sayur tanpa garam, maka dari itulah
saya sutiyem disini untuk menghibur anda sekalian…..
Cecilia : (antara sadar dan tidak
sadar) duh Suti….. lu berisik aje dah tengah malem begini ngapain sih lo
dangdutan di kamar gue? Udah sana lu tidur,udah gw bilang badan lo tuh kayak
gentong aer…. Eh? Kyaaaaaaaaaaaaaaa!!
Cecilia kaget dan terpana melihat
arwah Sutiyem sedang berjoget dangdut di samping ranjangnya.
Sutiyem : “Nyonya harus tanggung
jawab atas kematian saya….. oh iya gara2 kejebur di sepiteng badan saya jadi gatel2
deh….”
Cecilia kemudian berlari ke kamar
anak-anaknya. Setelah kejadian itu mereka selalu tidur bersama, namun dalam 5
hari berturut-turut mereka selalu di hantui arwah Sutiyem. Akhirnya karena
mereka tidak tahan lagi mereka berniat mencari Esperanza dan meminta
bantuannya.
Paulina : “Ma, paul udah ga tahan
lagi dah ma, mendingan kita nyari si Espe sungkeman sama dia deh, masa iya sih
selamanya kita digentayangin terus sama suti?”
Estefania : “Sebenernya sih gue
ogah ul, tapi demi kelangsungan hidup gue, yaudah deh gue turutin lo. Menurut mama
gimana nih?”
Cecilia : “Yaudah terserah kalian
aja, mama juga ga tahan dihantuin sama dia terus, udah badannya makin gede, sok
sexy, terus gatel-gatel lagi. Heran makin jelek aja die, padahal udah jadi
setan.”
Mereka pun terus mencari info
dimana Esperanza berada. Ternyata mereka menemukan Esperanza dirumah anak RT,
Mariana.
Cecilia : “Neng, bener ga
Esperanza tinggal disini?”
Mariana : “Iya bu Cecil, dia
tinggal disini. Kenapa nyariin atuh da?”
Cecilia : “Saya mau ketemu sama
dia neng.”
Mariana : “Espeeee…sini lu. Ada
yang mau ketemu sama lu!!”
Esperanza : “Siapa na?”
Mariana : “Itu pe, janda paling
cantik di Babakan, Ibu Cecilia.”
Esperanza kaget mendengar nama
itu, lalu ia menghampiri Cecilia dan kedua anaknya.
Esperanza : “Nyonya mau ngapain
lagi nyariin aye? Aye udah ogah ketemu nyonya!! Eneg liat muka nyonya,
bawaannya pengen lemparin nyonya ke kali ciliwung!!”
Cecilia : “Espe dengerin saya
dulu, saya kesini untuk minta maaf, dan kematian suti juga nggak disengaja kok.
Jadi tolong bantu saya, suti sering gentayangin saya dan anak saya tiap malem,
gimana dong?”
Esperanza : “Aye emang sengaja
nyuruh Marimar dukun kampung sebelah buat bangkitin arwah emak, kalo nyonya mau
emak saya nggak gentayangin nyonya lagi, nyonya dan anak-anak nyonya harus mau sujud
dan meluk kaki aye!!
Estefania : ”Apa?! Lo gila apa ga
waras? Ogah banget cewek high class kayak gw sujud ke anak pembantu kayak lo!!
Lagian salah nyokap lo juga kali, kerja kok sambil goyang, dikira rumah gw
panggung saweran?”
Paulina : “Udah deh te, kita
emang harus minta maaf ampe sujud-sujud, udah ga sengaja ngebunuh orang, ga
tanggung jawab, masih nyolotin anaknya lagi lo.”
Akhirnya Cecilia dan kedua
anaknya bersama Esperanza bersujud dihadapan Esperanza.
Tengah malam, ternyata dendam
yang ada dalam diri Sutiyem masihlah membara. Sutiyem masih menggentayangi
mereka sampai mereka meringkuk ketakutan.
Sutiyem : “Kesana….kemari…..membawa
alamat jeng jet jeng jet
Cecilia, Estefania, Paulina :
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaa” (menjauhi tempat tidur dan meringkuk bersama di pojokkan)
Sutiyem :”Nyah….. badan saya
gatel-gatel nih, punya daktarin gak?”
Mereka bertiga pun pingsan
setelah melihat wajah pucat Sutiyem dan bintik-bintik merah di kulit lengan
Sutiyem.
TAMAT
Behind the Scene (halah)
hahahahaha fotonya cuma ini doang =_____= yang tengah cantik banget yaaah (primadonna sekolah sih)
kiri - kanan : teteh, macan, gw!!